Focus Group Discussion (FGD) People Affected By MDR TB “Manajemen Efek Samping Obat” di RSUD Ratu Zalecha
Pada tanggal 3 Desember 2024, di RSUD Ratu Zalecha Martapura. Yayasan Bekantan TB Kalimantan Selatan menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Manajemen Efek Samping Obat” yang dihadiri oleh pasien yang terdampak Tuberkulosis Resisten Obat (Multidrug-Resistant Tuberculosisi atau MDR TB). FGD ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pasien tentang cara mengelola efek samping obat yang sering dialami selama manjalani pengobatan MDR TB.
Pengobatan MDR TB sering kali melibatkan penggunaan obat-obatan yang kuat dan memiliki durasi terapi yang panjang. Hal ini dapat menimbulkan berbagai efek samping seperti mual, muntah, pusing, gangguan pendengaran, hingga gangguan psikologis. Penanganan yang tidak tepat terhadap efek samping ini berpotensi menyebabkan pasien menghentikan pengobatan lebih awal, yang pada akhirnya meningkatkan risiko resistensi obat lebih lanjut.
Dengan latar belakang tersebut, Yayasan Bekantan TB Kalimantan Selatan melalui pendanaan Dana Hibah CFCS Round 12 STOP TB Partnership menggagas FGD untuk memberikan ruang diskusi interaktif antara pasien, tenaga medis, dan pendukung lainnya. Kegiatan ini juga bertujuan membangun dukungan sosial yang kuat bagi pasien dalam menghadapi tantangan pengobatan.
Kegiatan ini dihadiri oleh Tim Kesehatan RSUD Ratu Zalecha, Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. Sambutan diberikan oleh Ibu Mariana,SKM selaku KASI P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar dan Ketua Yayasan Bekantan TB Kalimantan Selatan Bapak Helmi. FGD kali ini juga menghadirkan Narasumber dari RSUD Ratu Zalecha Dokter Gusti Noor Ramadany Saputra, Sp. P.
Materi yang disampaikan meliputi:
1. Prinsip Pengobatan TB RO
Semua pasien yang sudah terkonfirmasi sebagai TBC RR/MDR harus dapat mengakses pengobatan secara cepat, sesuai standar dan bermutu
Panduan pengobatan TBC RO OAT tersebut disesuaikan dengan pola resistensi obat berdasarkan hasil uji kepekaan M. Tuberculosis dan kondisi klinis pasien dan ditetapkan oleh tim ahli klinis TBC RO
Semua pasien TBC RO perlu menjalani berbagai pemeriksaan awal, pemeriksaan pemantauan pengobatan (selama pengobatan berlangsung sampai pengobatan selesai), dan pemeriksaan pasca pengobatan
Pengobatan TBC RO harus bisa dmulai secara rawat jalan (ambulatory) dalam waktu 7 hari setelah diagnosis ditegakkan. Bila >7 hari hasil LPA belum tersedia, pengobatan harus segera dimulai
2. Pengobatan TB RO di Indonesia
Mulai tahun 2023, pengobatan TBC Resistent Obat yang tersedia di Indonesia :
- Panduan Pengobatan 6 bulan, terdiri dari : Panduan BPaLM, BPaL, TBC monoresistan INH (TBC Hr)
- Panduan Pengobatan 9 bulan : Panduan Mengandung/variasi etionamid, Panduan Mengandung/variasi linezolid
- Panduan Pengobatan Jangka Panjang (18-24 bulan)
3. Pengelolaan Efek Samping Obat MDR TB
Identifikasi efek samping umum seperti gangguan gastroniontestinal, nyeri otot, dan gangguan mental.
Strategi penanganan, seperti pola makan yang mendukung, pemberian vitamin tambahan dan konsultasi medis berkala.
4. Pentingnya Kepatuhan Pengobatan
Pasien diingatkan untuk tidak menghentikan pengobatan meskipun efek samping terasa berat. Diskusi juga menyoroti pentingnya komunikasi terbuka dengan dokter jika efek samping tidak dapat ditoleransi.
5. Peran Dukungan Keluarga dan Komunitas
Keluarga pasien turut diajak berdiskusi mengenai perannya dalam membantu pasien tetap termotivasi dan mematuhi jadwal pengobatan.
6. Studi Kasus
Pasien yang telah berhasil menyelesaikan pengobatan MDR TB berbagi pengalaman mereka dalam mengatasi efek samping obat dan strategi menjaga semangat selama pengobatan.
Dalam FGD ini para pasien diberikan kesempatan sharing tentang keluhan yang dirasakan selama menjalani pengobatan TBC RO serta berdiskusi dan berbagi pengalaman. Bapak Dokter selaku Dokter Spesialis Paru di RSUD Ratu Zalecha menjawab serta memberikan solusi praktis terkait kendala yang dialami.
Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat komitmen pasien dalam menyelesaikan pengobatan MDR TB dan mendorong RSUD Ratu Zalecha untuk terus memberikan pelayanan terbaik. Dengan adanya FGD ini, langkah menuju eliminasi MDR TB di Kalimantan Selatan menjadi lebih nyata.
Focus Group Discussion ini menegaskan bahwa penanganan MDR TB tidak hanya bergantung pada pengobatan medis, tetapi juga pada pendampingan psikologis dan sosial. RSUD Ratu Zalecha Martapura berkomitmen untuk terus memberikan pendampingan holistik guna meningkatkan kualitas hidup pasien. Serta Yayasan Bekantan TB Kalimantan Selatan dapat terus melaksankan kegiatan FGD ini dengan tema yang menarik lainnya.